Kamis, 24 Oktober 2013

PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI



Pengertian Budaya Organisasi

            Budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian dan cara berpikir yang dipertemukan oleh para anggota organisasi yang diterima oleh anggota baru seutuhnya. Secara pragmatis, budaya organisasi dapat diartikan sebagai: ”Norma-norma perilaku, sosial, dan moral yang mendasari setiap tindakan dalam anggota                                                                                                                                                                                                                                                 organisasi dan dibentuk oleh kepercayaan, sikap, dan prioritas para anggotanya.” (Turner, 1992)
            Tujuan keberadaan budaya organisasi adalah melengkapi para anggota dengan rasa identitas  organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut organisasi.
            Budaya korporat terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama (Visible Artifact) adalah lapisan yang umumnya mudah dilihat dan dianggap mewakili budaya perusahaan secara menyeluruh. Lapisan pertama ini disebut visible artifacts. Lapisan yang dapat dilihat secara kasat mata ini terdiri atas cara orang berperilaku, berdandan, serta simbol-simbol seperti logo perusahaan, lambang merk, slogan, ritual, dan lain-lain.
            Namun demikian,  Visible Artifacts tidaklah begitu saja. Dia hadir mewakili nilai-nilai yang lebih dalam dari para anggota. Lapisan kedua yang lebih dalam itulah yang sesungguhnya disebut budaya. Ini yang terdiri nilai-nilai pokok, filosofi, asumsi, kepercayaan, sejarah korporat, dan proses berpikir pada organisasi.
            Untuk mengartikan budaya korporat dapat dilakukan analisis yang dimulai dari  visible artifacts, kemudian dilakukan penelusuran terhadap nilai-nilai yang tidak tampak secara kasat  mata.

 Menata Elemen-elemen budaya korporat

            Budaya korporat berdasarkan dapat ditumbuhkan dengan menata elemen-elemennya yang terkait satu sama lain dan tidak boleh bertubrukan satu sama lain. Dalam melakukan transformasi  nilai-nilai, elemen-elemen ini harus ditata kembali, diperiksa seberapa jauh manfaat dan konsistensinya untuk menimbulkan penafsiran yang sama seluruh pelaku dalam organisasi.  Bahkan pemimpin dapat  menggerakkan perubahan dengan mengkomunikasikan perubahan pada  elemen-elemen budaya.

Berikut ini beberapa elemen-elemen tersebut:
1.      Sejarah Korporat
            Setiap organisasi pasti punya sejarah dan sejarah itu tidak dapat dihapus begitu saja seperti seorang tentara yang menghapus jejak di tanah. Demikian pula pada perusahaan atau institusi pemerintahan. Langkah-langkah yang diambil para eksekutif dalam suatu korporasi sangat diwarnai dengan sejarah berdirinya, namun dengan masuknya generasi baru yang langsung duduk  di posisi puncak dan berhadapan dengan isu-isu penting yang kompleks, kita sering lupa terhadap nilai-nilai manusianya yang dibentuk  oleh sejarah.  Akibatnya sering terlihat korporasi mengabaikan asal-usulnya, dimana mereka  berada dan mau dibawa kemana mereka. Sejarah adalah sumber kekuatan sebuah korporasi (corporate roots).

2.      Nilai-Nilai Dasar dan Keyakinan
            Nilai-nilai dasar dan keyakinan (values and beliefs) adalah fondasi sebuah identitas korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu yang memaknai jati diri seseorang sebagai anggota korporasi dalam keadaan seperti apapun. Sedangkan keyakinan adalah sesuatu yang dipercayai bersama, misalnya saja para pengusaha di Jepang percaya, melanjutkan perusahaan  atau usaha yang dirintis  oleh  para  pendahulunya adalah suatu kewajiban. Kalau karena suatu kesulitan seseorang penerus menyerah begitu saja dan menutupnya  maka dosanya dipercaya 18 kali lebih berat daripada tidak tidak menutupnya.
            Nilai-nilai luhur dan keyakinan ini dipercaya telah  memberikan sumbangan yang sangat  besar  bagi kemajuan perusahaan/ Institusi. Tetapi dengan adanya tekanan-tekanan                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            yang keras untuk mementingkan pemegang saham, eksekutif-eksekutif biasa berwawasan sempit, terlalu bermain dengan rekayasa keuangan, hasil-hasil jangka pendek, serta shareholder  return.

3.      Simbol-simbol yang Kasatmata
            Nilai-nilai dan keyakinan yang disebutkan di atas adalah sesuatu yang bersifat sulit dipahami oleh awan tau orang umum. Oleh karena itu perlu diterjemahkan kedalam symbol-simbol-simbol yang kasat mata. Simbol-simbol ini dapat berupa logo, nama perusahaan, cara bepakaian karyawan, dan sebagainya. Peremajaan symbol-simbol biasanya dibutuhkan beberapa waktu sekali untuk memaknai ulang keberadaan suatu organisasi di mata karyawan dan pasarnya.
            Honda menggunakan symbol berbentuk H seperti simbol pintu tori untuk memasuki  halaman utama shrine (kuil) di Jepang yang melambangkan kesatuan bumi dan langit. Tandem Computer menggunakan nama “Tandem” bukan sekedar untuk  merefleksikan “dua computer pada satu piranti” sehingga saling backup, melainkan penggunanya dapat dapat memakainya secara “Tandem”. Simbol- symbol  dipakai  untuk  merefleksikan misi sebuah institusi sehingga  lebih mudah dipahami orang.

4.      Bahasa
            Banyak pula korporat yang menggunakan bentuk bahasa seperti slogan, moto, filosofi, bahasa percakapan dan bentuk-bentuk lainnya untuk memberikan  arti  tertentu  kepada  karyawannya.
            Beberapa  contoh  penggunaan bahasa yang  di ke mukakan disini adalah sebagai berikut:
·         Di EMS (Express Mail Service) digunakan slogan “We only stop at red light”. Slogan yang juga  digunakan dalam media televisi EMS ini dimaksudkan meyakinkan pasarbahwa  EMS mampu mengirimkan barang barang kiriman pelanggan secara kilat karena petugas-petugasnya berkomitmen bahwa  mereka   hanya akan  berhenti di  jalan kalau  lampu lalu lintas menghentikan mereka.
·         Di MSA Cargo, pemimpin sekaligus pemilik yang bernama Morang Sianipar Abadi menggunakan slogan “something always comes from nothing”.  Slogan ini digunakan untuk memotivasi karyawannya  agar selalu bekerja keras karena suatu   hasil yang besar bisa saja dari  sesuatu yang belum kelihatan.

5.      Ritual dan Seremoni
            Budaya perusahaan dapat dikembangkan melalui acara-acara tertentu (ritual dan seremoni). Yang dimaksud dengan  ritual itu adalah kegiatan yang bersifat ekspresif  dan dilakukan melalui serangkaian langkah serial yang konsisten secara rutin atau berulang-ulang.
            Ada 4 macam bentuk ritual yaitu:
1)      Ritual Penerimaan
Acara ini didesain untuk memberikan orientasi kepada anggota baru, sebagai masa transisi bagi seseorang untuk memasuki nilai-nilai sosial baru dan status baru.
2)      Ritual Penguatan
Ritual ini diselenggarakan untukmengingatkan seseorang bahwa ia telah melewati suatu masa tertentu dan memasuki kedudukannya yang agak senior dalam perusahaan. Tujuannya untuk memperteguh identitas sosial dan meningkatkan status karyawan. Biasanya dilakukan dengan pemberian award tertentu.
3)      Ritual Pembaruan
Acara yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan seseorang lewat  suatu  program pelatihan berjenjang yang sangat kompetitif  dan berjangka waktu cukup lama.
4)      Ritual Integrasi
Dilakukan untuk menciptakan iklim dan perasaan kebersamaan di antara karyawan, dan menimbulkan komitmen terhadap organisasi.
5)      Kisah
Kisah adalah suatu kejadian dimana ada dramatisasi didalamnya. Dramatisasi dilakukan dengan tujuan meningkatkan apresiasi anggota baru terhadap nilai-nilai  yang dianut oleh perusahaan dengan  memunculkan pahlawan, legenda, dan malahan mitos.

Karakteristik Budaya Korporat

            Budaya terbentuk sebagai proses belajar interaktif maka sesungguhnya budaya suatu organisasi dapat saja diintervensi. Untuk dapat diintervensi maka perlu dipahami karakteristik budaya korporat. Charles Hambden-Turner (1992) dalam bukunya yang berjudul Creating Corporate Culture: From Discard to Harmony berhasil membuat pengertian yang baik tetang karakteristik budaya.
1.      Budaya Korporat Dibentuk  Oleh Keyakinan Individu-Individu Korporat
Budaya dibentuk oleh individu-individu yang cenderung yang cenderung saling menyamakan dan mencocokkan perilakunya sehingga membentuk ide-ide, pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi-informasi yang konsisten dengan pemikiran mereka. Tentu saja didalam suatu budaya ada kelompok-kelompok subbudaya (subkultur) yang juga membentuk  kelompok-kelompok yang lebih homogen lagi. Budaya bisa mengisolir atau mengeluarkan orang-orang dengan cara berpikir/   bekerja yang berbeda.
2.      Budaya Korporat Mencerminkan Aspirasi Anggota-anggotanya
Budaya dapat menjadi sumber motivasi yang memuaskan dan memenuhi aspirasi anggota-anggota kelompok. Meskipun banyak orang yang bekerja karena tidak ada latihan, budaya korporat dapat mempertajam pilihan tersebut dengan cara membentuk habitat mereka yang berada didalam kelompok tersebut. Budaya korporat memberikan pengakuan, penghargaan, penerimaan dengan menciptakan standar, norma-norma yang dapat dijadikan acuan dalam berperilaku dan berprestasi. Dengan demikian iklim pada habitat tersebut mereka pertajam bersama-sama dan dapat menjadi sumber informasi yang memberikan pengakuan-






 UNTUK LENGKAPNYA SILAHKAN HUBUNGI KAMI....
 smua file word (doc) 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar